EMISI CARBON MONOKSIDA DAN HIDROCARBON

Artikel ini mengulas sederhana tentang dua hal yang diukur pada uji emisi gas buang kendaraan, yakni hidrocarbon dan carbon monoksida. Tulisan ini adalah lanjutan dari artikel-artikel terkait emisi gas buang pada blog sebelumnya. Analisa berdasarkan pengetahuan & pendapat pribadi motohoby.

Hidrocarbon adalah salah satu material penyusun bahan bakar, yang ketika dipertemukan dengan oksigen dan sumber panas (percikan api/ panas kompresi) akan menghasilkan reaksi pembakaran. Idealnya, hidrocarbon harus habis terbakar di dalam ruang bakar tanpa tersisa, sedangkan kondisi yang sebenarnya hidrocarbon ini tidak pernah habis terbakar. Artinya masih terdapat bahan bakar yang keluar di ujung knalpot kendaraan Bro-Sis. 

Jika kandungan hidrocarbon dalam gas buang terlalu banyak (melebihi ambang batas) maka sudah barang tentu kendaraan kesayangan Bro-Sis tidak lolos uji batas ambang emisi gas buang. 

Mesin kendaraan semenjak sepuluh tahun dibelakang sudah dilengkapi dengan teknologi-teknologi untuk meminimalisir kandungan hidrocarbon di dalam gas buang ini, seperti penggunaan catalityc converter, secondary air (induction) system, after threatment system dan penggunaan sensor oksigen di dalam sistem injeksi bahan bakar elektronik. 

Namun tetap saja kualitas pembakaran yang buruk yang terjadi didalam ruang bakar akan menjadikan segala teknologi pengurang emisi gas buang menjadi percuma. Dengan kata lain, penggunaan bahan bakar yang tepat, perbandingan udara & bahan bakar yang tepat, service rutin yang teratur tetap menjadi faktor utama yang sangat mendukung minimnya kandungan hidrocarbon didalam gas buang.

Begitu halnya dengan kandungan karbon monoksida di dalam gas buang, yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran yang tidak sempurna. Peran piranti penyedia takaran di dalam campuran bahan bakar dan oksigen menjadi fital untuk mengurangi kandungan karbon monoksida ini. Hal yang menarik adalah bahwa perilaku pengendara/ pengemudi juga turut berperan dalam menghasilkan karbon monoksida terutama ketika melakukan akselerasi ataupun membuka katup gas dengan kasar. Apalagi untuk kendaraan-kendaraan pacuan yang kerap didesain untuk berakselerasi super cepat yang cenderung memainkan campuran bahan bakar yang relatif rich/ kaya untuk mengejar mudahnya naik rpm. 

Penyebab munculnya kandungan hidrocarbon dan karbon monoksida didalam gas buang nyatanya dapat diselesaikan dengan pemakaian sistem pengontrolan campuran bahan bakar dan udara secara elektronik. Dengan penggunaan sensor- sensor, aktuator dan ECU yang relevan, maka jumlah bahan bakar yang dikirimkan ke dalam ruang bakar dapat seakurat mungkin dilakukan sehingga akan sangat mengurangi potensi adanya bahan bakar yang tidak terbakar akibat rasio yang terlalu kaya. Berdasarkan literasi dari sumber yang motohoby dapatkan, penggunaan teknologi injeksi bahan bakar terbukti mereduksi kandungan karbon monoksida jika dibandingkan dengan penggunaan sistem bahan bakar karburator. Pun juga jumlah hidrocarbon yang secara drastis berkurang setelah penggunaan sistem bahan bakar injeksi ini dari sistem bahan bakar karburator. 

Dengan kata lain, motohoby memperkirakan bahwa untuk kendaraan-kendaraan dengan sistem bahan bakar elektronik/ injeksi dengan perawatan yang benar dan bahan bakar yang tepat sesuai anjuran besar kemungkinan akan lolos dalam uji kandungan emisi gas buang hidrocarbon dan karbon monoksida ini.

So, lakukan service berkala dengan teratur dan tidak perlu kawatir untuk mengujikan emisi gas buang kendaraan kesayangan sehingga berkendara bisa nyaman seperti biasa, salam (PRO). 

Teknologi injeksi bahan bakar elektronik yang efektif mengurangi emisi hidrocarbon dan carbon monoxide (sumber https://fdokumen.com/document/honda-pgm-fi.html)